Senin, 28 April 2014

Industri Properti Masih Akan Tumbuh Pada 2014


Jakarta - Pertumbuhan industri properti di Indonesia pada tahun ini masih akan mengalami pertumbuhan walaupun dinilai akan melambat dibandingkan dengan tahun lalu. Hal ini diutarakam oleh Ishak Chandra, Managing Director Corporate Strategy and Services Sinar Mas Land, pada saat jumpa pers di Jakarta, Senin (10/3). "Pertumbuhan industri properti di Indonesia selalu bergantung kepada pertumbuhan ekonominya, karena itu jika kita menelisik lebih dalam dari faktor ekonomi Indonesia berpeluang mempertahankan pertumbuhan industri properti," jelasnya kepada wartawan. Ishak menjelaskan bahwa ada empat faktor ekonomi yang berpengaruh dalam perkembangan industri properti. Keempat hal tersebut yaitu, Gross Domestic Product (GDP), nilai inflasi suatu negara, Suku Bunga Bank Indonesia (SBI), dan nilai tukar rupiah. "Dari keempat indikator tersebut Indonesia cenderung mengalami penguatan, bahkan nilai tukar rupiah di tahun ini diperkirakan akan menguat mencapai 10.500 per US$. Ini menandakan bahwa sebenarnya industri properti pun akan terkena dampak positifnya dengan mengalami pertumbuhan," tutur Ishak. Selain itu dari peringkat Global Property Guide negara-negara Asia, Indonesia menempati tempat ketiga dengan rata-rata Gross Rental Yield mencapai 7,05 persen. Walaupun berada di urutan ketiga, dengan jumlah yield Indonesia yang mencapai 7,05 persen sebenarnya Indonesia masih merupakan pasar potensial bagi industri properti di Asia mengalahkan Malaysia dan Thailand yang ada di urutan pertama dan kedua. "Dengan jumlah Yield yang mencapai 7 persen maka investor dapat mengharapkan return sebesar 7 persen juga dari nilai investasi mereka, jumlah ini lah yang masih menarik perkembangan industri properti di Indonesia. Pertumbuhan paling signifikan pada tahun ini akan terjadi pada permintaan jumlah gedung perkantoran. Bangunan yang bersifat komersil seperti gedung perkantoran dinilai masih akan menjadi incaran para investor yang akan terjun ke dalam industri properti. Hal tersebut dapat kita lihat dari kenaikan tarif rental office hingga mencapai 13,8 persen pada tahun ini, dimana pada tahun lalu mengalami kenaikan sebanyak 45 persen. Tetapi Ishak mengkhawatirkan bahwa dengan suplai yang terlalu banyak akan bangunan komersil, justru akan membuat penurunan harga dalam waktu 5 tahun ke depan. Namun Ishak menyadari, bahwa pertumbuhan tahun ini memang melambat dibandingkan dengan tahun lalu. Hal ini disebabkan oleh tiga hal, yaitu adanya Pemilu di Tahun 2014, adanya tren property cycle yang sedang menurun di Indonesia, dan kebijakan Loan to Value (LTV) yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia (BI). Dengan segala kondisi tersebut Ishak mengatakan banyak investor yang melakukan aksi "wait and see" dimana mereka tetap melakukan investasi pada industri properti namun, tidak dengan jumlah yang maksimal. Dengan dicabutnya aturan LTV Ishak pun yakin Industri Properti akan mengalami percepatan pertumbuhan Properti seperti tahun- tahun sebelumnya. 


Penulis: Mahesa Bismo/FMB 

Sumber : BERITA SATU.COM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar